Sabtu, April 2020

Kenapa harus cape-cape berkhayal, kan belum terjadi? Berpikir saja tentang hari ini. Cukup dengan apa yang kita dapat sekarang saja, biar besok punya Tuhan.

HAHA!!
Ingin ku tawa-i muka dia, ingin ku sumpal dengan cibir! Susahnya aku bangun harapan itu dengan usaha, dihancurkan saja dengan katanya yang dia pikir suci. Sedang aku salah, terlalu duniawi tak paham akhirat.

Padahal dia yang sejak dari awal menitipkan bibit harapan. Berteriak terus hingga ludahnya sendiri yang menyirami disana. Seketika sudah tumbuh, seenaknya dia mau patahkan rantingnya yang baru berbunga.

Aku sudah lepaskan atributku. Ku sirami kulit dengan lumpur dan tidak akan ku lupa juga aroma matahari yang menyengat di tubuhku. Aku menanamnya. Membuat lubang untuk ku simpan bibit itu. Ku pilihkan tanah paling baik agar kokoh akarnya tumbuh. Ku beri juga pupuk, agar makin cempat tumbuh dengan baik. Lalu dia? BAJINGAN!

Aku marah, kesal, kecewa, menangis pun aku sungkan karena dia makin terlihat tak pantas. Aku sudah mulai memutar otak, bersisa kesabaran, lelah ku sudah kebanjiran. Apa lagi? Aku akan muak!

Sungguh aku tulus. Apa pun, segalanya, semuanya, ada dia pada alasannya. Tapi dia, anggap semua hanya di hari ini. Bahkan, esok untukku ketidak pentingan untuknya. 

Bagaimana? Lalu harus aku masih disini? Sungguh, aku akan pergi, meski nanti tak ada buah satu pun yang bisa ku bawa. Walau ini hasil tanam ku.


Komentar