Angin yang menelusup disetiap tulang, membuat tubuh geger gemetaran. Kulit yang sekuat baja pun tak mampu menahan dinginnya malam. Ditambah gelapnya yang menjadi, makin membuat larut pada keheningan. Mata juga terasa berat dan gatal, seperti ada yang mengganjal ingin dikeluarkan. Pilu.
Sekuat tenaga aku menahan semua kegetiran ini. Menahan diri agar aku tak jatuh, tersungkur. Mencoba agar aku tak terluka atau jika sampai, setidaknya aku bertahan agar tak perlu perawatan luka. Sekuat-kuatnya aku menahan diriku untuk tidak larut pada perasaan ku sendiri.
Tidak dapat dipungkiri wanita mana yang tak jatuh hati pada pesona mu. Pria dengan tubuh proporsional, wajah yang tampan, juga kecerdasan yang kamu punya. Ditambah lagi kamu seorang calon dokter. Sudah terlihat jelas bagaimana kehidupan mu kelak. Setiap wanita pasti berbondong-bondong inginkan kamu, sama halnya dengan aku. Bahkan sudah menyukai mu jauh sebelum aku tahu wujud masa depanmu.
Menjadi pemuja rahasia bertahun-tahun. Menahan semua gelora asmara didalam dada sampai aku sesak, tak kualahan kala mendapati dirimu. Mencari cara mengendali kan diri saat berhadapan denganmu. Mencoba untuk sadar kala rindu terus menyerang, karena berbalas rindu pun tak bisa. Mengalihkan diri ini untuk tidak memperhatikan mu selalu, meski gagal.
Sulit untuk menjauhkan diri darimu karna kamu teman ku. Disetiap waktu aku mencoba untuk menepis semua pun, ada saja yang membuat aku tak mampu. Entah itu mengenai sikap mu padaku yang meski biasa saja untuk mu, selalu ku lebihkan. Entah itu mengenai apa yang kamu bicarakan yang meski bukan untuk ku, selalu ku salah artikan. Bagaimana lagi, semua pengaruh perasaan ini. Perasaan yang terbentuk untukmu.
Pupus sudah pupus. Sekarang kau memberi jarak, karena sepertinya kamu tahu tentang perasaan ini. Terlihat dengan caramu memberi tahu ku mengenai wanita itu. Padahal kamu tak berniat memberi tahu. Aku hargai perbuatan mu karena takut aku akan lebih terluka. Tapi, menyadari itu kamu membuat ku lebih menyukai mu.
Tadi kamu membuatku kaget, hingga linglung, bingung bagaimana cara ku menyikapi cerita mu. Karena aku telah berharap hari ini, malam ini, yang katanya malam yang pas untuk berkencan, akan ada kenangan manis yang bisa terukir.
Dari rumah aku berdandan ingin terlihat secantik mungkin dihadapan mu, pangeran kuda putih yang akan menjemput sang putri untuk pergi ke pesta dansa, sungguh situasi yang pas. Ribuan kali ku tatap cermin, berputar-putar, menambahkan polesan disana-sini, hanya ingin terlihat memukau dihadapan pangeran ku. Menunggu mu tiga jam sebelum jam perjanjian menjemput ku, karena aku tak mau kamu menganggap ku sama seperti wanita pada umumnya. Aku mau kamu melihat ku berbeda. Wanita yang tidak bertele-tele dan tepat waktu.
Namun lagi-lagi, semua sia-sia jika balasannya kamu bukan mengumumkan perasaan mu itu bukan untuk ku tapi, untuk wanita lain. Bahkan sudah terjadi lebih dulu setelah aku kau buai juga dengan pesona mu, dengan perhatian mu.
Ya sudahlah itu keputusan mu. Aku tak akan tega merebutmu lalu melukai wanita itu. Akan ku terima semua jarak yang kau buat ini. Akan ku terima semua perubahan yang akan terjadi dalam hidup ku. Akan ku jalani segala kegetiran yang sudah menjadi nyata. Toh, bagaimanapun, baik ada atau tidak wanita itu kita juga sulit bersatu.
Karena dari awal aku pun sudah salah menjatuh kan hati. Karena dari awal aku menyukai kamu, lelaki yang pernah mengisi relung hati sahabat ku. Aku tidak setega itu untuk menyakiti sahabat ku. Meskipun aku sudah mendapatkan izin dari Tuhan untuk menyelipkan rasa pada mu aku tidak seberani itu, mendapat resiko kehilangan sahabatku. Walaupun, sahabat ku sendiri sudah mengizinkan. Walapun aku hanya menunggu kuasa Tuhan untuk waktu yang tepat kita bersatu.
Ya benar aku kemarin masih berharap untuk kamu. Kemarin sebelum malam ini, aku masih selalu menyelipkan doa atas nama mu. Iya sebelum kamu mengatakan semua ini, ditambah dengan kata-kata kamu yang tidak akan memilih pasangan yang satu profesi denganmu. Segala ucapan yang membuat ku resah, lemah, dan memupuskan segala harapan.
Tapi tidak, tidak boleh jatuh. Tidak juga boleh terlalu yakin. Iya sayang, tidak, jangan takabur. Kita sudah saling paham dengan kuasa Tuhan kan. Tidak, aku tidak doakan kamu untuk tidak bahagia dengan wanita lain selain aku. Ya hanya sadari saja bahwa tidak perlu meyakinkan diri, karena hidup tidak bisa kita tebak.
Tak ada habisnya jika berdebat soal perasaan. Tidak ada hasilnya jika berdebat soal kuasa Tuhan dengan waktunya. Ku akhiri semua keluh sampai disini. Mulai saat ini ku terima semua yang akan terjadi. Akan terus ku selipkan doa untuk kamu dan aku. Ku ucapkan sampai bertemu lagi pada mu cinta ku pada suatu waktu.
Komentar
Posting Komentar